Faktor yang mempengaruhi komunikasi antar budaya
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Oleh
MUHAMMAD YUSUF
NIM.03182083
IRFAN JAYA
03182082
ANDI ASRIANDI
03182076
SELFIANA
03182065
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB I: PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
BAB II: PEMBAHASAN
Faktor Personal Yang Mempengaruhi Komunikasi Antar Budaya
Faktor Hubungan Antar Pribadi Yang Mempengaruhi Komunikasi Antar Budaya
BAB III: PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi satu sama lain, baik itu dengan sesama, adat istiadat, norma, pengetahuan ataupun budaya di sekitarnya. Pada kenyataanya seringkali kita tidak bisa menerima atau merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang terjadi akibat interaksi tersebut, seperti masalah perkembangan teknologi, kebiasan yang berbeda dari seorang teman yang berbeda asal daerah atau cara-cara yang menjadi kebiasaan (bahasa, tradisi atau norma) dari suatu daerah sementara kita berasal dari daerah lain.
Dalam hubungannya dengan proses budaya, komunikasi yang ditujukan kepada orang atau kelompok lain adalah sebuah pertukaran budaya. Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur kebudayaan, salah satunya adalah bahasa, sedangkan bahasa adalah alat komunikasi. Untuk mempelajari komunikasi sebagai proses budaya kita terlebih dahulu harus memahami apa yang dimaksud dengan istilah budaya atau kebudayaan dan apa yang dimaksud dengan istilah komunikasi, karena dengan memahami kedua istilah tersebut akan memudahkan bagi kita untuk membahas komunikasi sebagai proses budaya.
Rumusan Masalah
Apa saja factor personal yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya?
Apa saja factor hubungan yang mempengaruhi Komunikasi antarbudaya?
Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui Faktor Personal Yang Mempengaruhi Komunikasi Antar Budaya
Untuk Mengetahui Faktor hubungan Antar Pribadi yang mempengaruhi Komunikasi antar budaya
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor Personal
Psikologis
Konsep Diri dan Persepsi Diri
Faktor- faktor psikologis itu bisa muncul dari dalam diri (disposisi) atau ditampilkan sebagai respons terhadap stimulus yang datang dari luar diri. Perbedaan keberhasilan komunikasi itu ditentukan oleh faktor-faktor yang bersifat personal. Para ahli komunikasi mengemukakan sekurang-kurangnya dalam komunikasi antar-pribadi (dyad) ada enam pertanyaan di antara kedua orang itu, yakni:
(a) Bagaimana saya melihat diri saya?
(b) Bagaimana saya melihat anda?
(c) Bagaimana saya berpikir ketika anda melihat saya?
(d) Bagaimana anda melihat diri anda?
(e) Bagaimana anda melihat saya?
(f) Bagaimana anda berpikir ketika saya melihat anda?
Dimensi-dimensi dari Persepsi
Ada beberapa konsep yang selalu dkaitkan dengan dimensi-dimensi psikologis dari persepsi antara lain:
Attention atau perhatian merupakan kemampuan untuk berkonsentrasi, kemampuan ini merupakan salah satu variable psikologis yang penting yang mempengaruhi komunikasi. Jadi secara psikologis, atensi dapat menentukan manakah pesan yang menarik perhatian dan relevan, artinya pesan itu sebenarnya “familiar” dengan kita
Selective Processes. Selective processes yakni proses untuk memilih pesan dari luar. Ada beberapa bentuk proses selektif itu; yakni:
Selective Perpection. Persepsi selektif adalah istilah yang digunakan untuk enggambarkan sebuah fakta bahwa segala sesuatu tidak selalu diterima dengan cara yang sama oleh individu-indidivu yang berbeda-beda pada kesempatan yang berbeda-berbeda pula. Di sini yang terjadi adalah persepsi selektif, di mana individu hanya akan memilih sesuatu yang menarik untuk dipersepsi.
Selective Attention. Perhatian atau atensi selektif terjadi ketika berlangsungnya proses persepsi. Contoh, setiap individu memiliki struktur kognitif yang berbeda, akibatnya pola perhatian dia pada sebuah stimulus berbeda-beda pula.
Selective Exposure. Selective exposure merupakan kecenderungan setiap individu untuk menyatakan dirinya (menerima atau menolak) pesan yang kongruens dengan variable psikologis yang mendorongnya untuk mendekati atau menjauhi pesan itu.
2. Faktor Personal sebagai Identitas Diri
1. Identitas Merujuk Pada Asal Usul
Identitas sering memberikan tidak saja makna tentang pribadi seorang tetapi juga ciri khas sebuah kebudayaan yang melatarbelakanginya, dari ciri kgas itulah kita mungkin dapat mengungkapkan keberadaan orang itu.
Pengertian identitas pada tataran hubungan antarmanusia akan mengantar kita untuk memahami sesuatu yang lebih konseptual yakni tentang bagaimana meletakkan seorang ke dalam tempat orang lain (komunikasi yang empati), atau sekurang-kurangnya meletakkan atau membagi (to share) pikiran, perasaan, masalah, rasa simpatik (empati) dan lain-lain dalam sebuah proses komunikasi (antarbudaya).
Struktur budaya adalah pola-pola persepsi, berpikir dan perasaan, sedangkan struktur sosial adalah pola-pola perilaku sosial.Dengan demikian secara sosiologis, kalau posisi sosial seseorang berkaitan erat dengan peranya dalam struktur budaya maupun struktur sosial, maka yang muncul adalah identitas peran (McCall & Simmons). Dalam pandangan psikologi sosial, ketika posisi sosial telah terintegrasi, maka kita akan berbicara tentang identitas itu sendiri (Stryker, 1996). Penting untuk kita ketahui bahwa identitas itu ditentukan oleh struktur budaya dan struktur sosial.
Memahami Identitas Budaya Keseharian
Identitas budaya adalah rincian karakteristik atau ciri-ciri sebuah kebudayaan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang kita ketahui batas-batasnya (bonded) tatkala dibandingkan dengan karakteristik atau ciri-ciri kebudayaan orang lain.
Kenneth Burke mengatakan bahwa untuk menentukan identitas budaya sangat tergantung pada ‘bahasa’ (catatan: bahasa sebagai unsur kebudayaan non material), yaitu bagaimana representasi bahasa menjelaskan sebuah kenyataan atas semua identitas yang dirinci dan dibandingkan. Dalam perpektif komunikasi, identitas yang menekankan sifat dari interaksi self/group (baca: interaksi yang dilakukan seorang pribadi dan interaksi kelompok) merupakan suatu yang bersifat komunikatif. Identitas dibangun melalui interaksi sosial dan komunikasi. Identitas dihasilkan oleh negisasi melalui media, yakni media bahasa. Jadi identitas seseorang dapat ditentukan oleh tampilan diri – pribadi anda sendiri (avowel). Faktor penentu berikut tergantung dari bagaimana orang lain memberikan atribusi atas tampilan anda (atribusi askripsi).
Dengan demikian kita akan menemukan tiga bentuk identitas:
Identitas Budaya
Merupakan ciri yang ditunjukkan seseorang karena orang itu merupakan anggota dari sebuah kelompom etnik tertentu. Itu meliputi pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama, keturunan dari suatu kebudayaan. Contoh kita selalu mengidentifikasi orang Flores sebagai orang Katolik, orang Rote dan Sabu sebagai orang protestan, dan orang Lamahala di Adonara sebagai orang Islam. Kita juga mengidentifikasi sekelompok orang keturunan (meztiso) di Timor Timur sebaga sekelompok orang yang mempunyai kebudayaan tersendiri.
Identitas Sosial
Identitas sosial, terbentuk sebagai akibat dari keanggotaan dalam suatu kelompok kebudayaan. Tipe kelompok itu antara lain umur, gender, kerja, agama, kelas soial, tempat dan seterusnya. Identitas sosial meruakan identitas yang diperoleh melalui proses pencarian dan pendidikan dalam jangka waktu yang lama.
Identitas Pribadi
Identitas personal didasarkan pada keunikan karakteristik pribadi seseorang. Perilaku budaya, suara gerak-gerik anggota tubuh, nada suara, cara berpidato, warna pakaian, guntingan rambut, menunjukkan ciri khas seseorang pribadi tertentu yang rata-rata tidak dimiliki oleh orang lain.
Paling penting dalam faktor-faktor personal adalah bagaimana persepsi kita diletakkan dalam struktur kebudayaan kita, hal ini karena setiap kebudayaan mengajarkan nilai-nilai dan harga diri bagi para anggotanya. Kebudayaan – dalam hal ini – bertindak sebagai identitas sosial yang mempengaruhi konsep diri, dan untuk mempertahankan konsep diri sebagai identitas sosial maka kita akan sering bersikap tertentu terhadap kelompok lain; dan bentuk-bentuknya adalah prasangka, rasisme dan etnisitas.
Faktor Hubungan Antar Pribadi yang Mempengaruhi Komunikasi Antar Budaya
Sifat antar Budaya yang Berpengaruh terhadap Inteaksi
Semua manusia mempunyai mental, kemauan dan kemampuan untuk berkomunikasi sehingga dapat mengenal dan mengavaluasi siapa yang berkomunikasi dengan dia. Namun persepsi manusia terhadap manusia yang lain hanya jatuh pada seseorang atau kelompok orang tertentu.
Bagi banyak ahli, warna atribusi atau penampilan pribadi membarikan warna motivasi untuk apa kita berkomunikasi. Karena itu maka setiap perisiwa memiliki dua aspek penting, yakni:
(1) isi komunikasi; dan
(2) relasi komunikasi, yang dengan tampilan beratribusi rendah maka formula tersebut tampaknya tidak berlaku.
Kata Paul Watzlawick, Janet Beavin dan Jacson (1997) ada perbadaan antara isi dan relasi komunikasi. Isi Kumunikasi meliputi informasi yang terkandung dalam pesan, misalnya tentang apa yang diucapkan secara lisan atau tertulis di atas kertas. Sedangkan relasi komunikasi berkaitan dengan bagaimana pesan itu dialihkan, bagaimana pesan itu disimpulkan sehingga meningkatakan kualitas relasi hubungan antarpribadi.
1). Masalah Kredibilitas
Berbagai penelitian yang berkaitan dengan kredibilitas komunikator selalu membahas ulang dua tema pokok yakni:
(1) kredibilitas komunikator; dan
(2) derajat kesamaan komuniktor.
Para ahli berpendapat, ada pula tiga faktor yang mempengaruhi pengiriman dari seseorang komuniktor agar diterima oleh seseorang komunikan yaitu;
(a) Kredibilitas;
(b) Objektivitas;
(c) Keahlian.
Ketiga aspek dari pengiriman ini berkaitan dengan erat dengan dampaknya terhadap penerima. Penerima akan percaya kepada pesan atau merspon pesan yang diinginkan, kalau pengirimnya itu kredibel, objektif, dan ahli dalam satu bidang tetentu.
Kepentingan unsur-unsur tersebut sangat tergantung atas faktor-faktor manakah dari kebudayaan kita itu diapresiasikan. Sebagai contoh, nilai sebuah kebudayaan sangat kt yakni bagaiman kita mengukur keberadaan orang itu, bagaimana orang itu bertindak dengan jujur dan benar, atau nilai tentang persahabtan. Karena dalam situasi tertentu mungkin satu unsur tersebut sangat dominan dari pada unsur yang lain.
Kredibilas tidak hanya meliputi faktor kepercayaan kita pada seorang pembicara, tetapi juga meliputi sifat-sifat asli kredibilitas itu sendiri. Berdasarkan peertimbangan itu maka komunikasi antar budaya selalu meliputi hubungan tatap muka antara dua oarang atau lebih yang mempunyai latar belakang bidaya yng berbeda yang mana pengaruh budaya sangatlah dominan.Berbagai penelitaian yang berkaitan dengan kredibilitas komunikator menunjukkan bahwa kredibilitas itu antara lain ditentukan oleh beberapa faktor:
(a) Kewenangan dan kompetensi;
(b) Karekter;
(c) Koorientasi;
(d) Karisma; dan
(e) Dinamisme.
Derajat Kesamaan Komunikator dengan Komunikan
Homofili mengacu pada kesamaan antara individu yang berinteraksi. Kesamaan itu merefleksikan kesamaan area atau wilayah sikap atau nilai, tampilan status sosial, kepribadian dan keragaman aspek demoografis.Sedangkan herofili adalah kebalikan dari homofili, mengacu pada derajat penampilan ketidaksamaan antara dua orang yang berkomunikasi. Komunikasi antarbudaya yang dilandasi oleh heterofili akan berbeda dengan mereka yang hemofili.
Kemampuan Menyampaikan Pesan Verbal Antarbudaya
Dalam berkomunikasi antarbudaya maka ada beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan. Menurut Ohowutun (1997: 99-107) anda harus memperhatikan:
Kapan orang berbicara. Dalam berkomunikasi antarbudaya perlu diperhatikan bahwa ada kebiasaan (habits) budaya yang mengajarkan kepatutan kapan seseorang harus atau boleh berbicara.
Apa yang dikatakan. Laporan studi Eabes (1982) mengungkapkan bahwa orang-orang Aborigin Australia tidak pernah mengajukan pertanyaan ‘mengapa’ , Suzanu Scolon (1982) mendapti orang indian Athabaska jarang bertanya. Terdapat bahwa pertanyaan dianggap terlau keras, karena menuntut jawaban.
Kecepatan danjeda berbicara. Yang dimaksud dengan kecepatan dan jeda berbicara di’sini adalah pengaturan kendali berbicara menyangkut tingkat kecepatan dan ‘istirahat sejenak’ dalam berkomunikasi antara dua pihak.
Hal memperhatikan. Konsep ini berkaitana erat dengan gaze atau pandangan mata yang di perkenankan waktu berbicara bersama-sama. Orang-orang kulit hitam biasanya beerbicara sambil menatap mata dan wajah orag lain, hal sama terjadi bagi orang batak dan timor.
Masalah intonasi cukup berpengaruh dalam berbagai bahsasa yang berbeda budaya. Orang kadang di Lembata/Flores memakai kata bua bearti melahirkan namun kata yang sama kalau ditekan pada huruf akhir ‘a’ – bua’ (buaq), bearti berlayar.
Gaya kaku atau puitis. Ohoiwutun (1997: 105) menulis bahwa jika anda membandingkan bahsa Indonesia yang digunakan pada awal berdirinya negara ini dengan gaya yang dipakai dewasa ini, dekade 90-an maka anda akan dapati bahwa bahasa Indonesia tahun 1950-an lebih kaku.
Bahasa tidak langsung. Setiap bahsasa mengajarkan kepada para penuturnya mekanisme untiuk menyatakan sesuatu secara langsung atau tidak langsung.
Kemampuan Menyampapikan Pesan Non Verbal Antarpribadi
Ketika berhubungan antarpribadi maka ada dua faktor dari peasan non verbal yang mempengaruhi komunikasi antar budaya. Ada beberapa bentuk perilaku non verbal yakni:
Kinesik adalah studi yang berkaitan dengan bahsa tubuh, yang terdiri dari posi tubuh, orientasi tubuh, tampilan wajah, gambaran tubuh, dll.
Okulesik adalah studi tentang gerkan mata dan posisi mata.
Haptik adalah studi tentang perabaan atau memperkenankan sejauh mana seseorang memegang dan merangkul orang lain.
Proksemik adalah studi tentang hubungan antar ruang, antar jarak, dan waktu berkomunikasi, sebagaimana dikategorikan oleh Hall pada tahun 1973, kecenderungan manusia menunjukkan bahwa waktu berkomunikasi itu harus ada jarak antarpribadi, terlalu dekat atau terlalu jauh.
Kronemik adalah studi tentang konsep waktu, sama seperti pesan non verbal yang lain maka konsep tentang waktu yang menganggap kalau suatu kebudayaan taat pada waktu maka kebudayaan itu tinggi atau peradaban maju.
Tampilan, appearance yaitu cara bagaiman seseorang menapilkan diri telah cukup menunjukkan berkolerasi sangat tinggi dengan evaluasi tentang pribadi.
Posture adalah tampilan tubuh waktu sedang berdiri dan duduk.
Pesan-pesan paralinguistik antarpribadi adalah pesan komunikasi yang merupakan gabungan antara perilaku verbal dan non verbal.
Simbolisme dan komunikasi non verbal yang pasif yakni beberapa di antaranya adalah simbolisme warna dan nomor.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya diantaranya adalah factor psikologis dan hubungan antarpribadi. Dua factor ini berperan dalam pembentukan atau kebeerlangsungan komunikasi antarbudaya.
Faktor- faktor psikologis itu bisa muncul dari dalam diri (disposisi) atau ditampilkan sebagai respons terhadap stimulus yang datang dari luar diri.
Faktor Personal sebagai Identitas Diri
Identitas Merujuk Pada Asal Usul
Memahami Identitas Budaya Keseharian
Faktor Hubungan Antar Pribadi yang Mempengaruhi Komunikasi Antar Budaya
Sifat antar Budaya yang Berpengaruh terhadap Inteaksi.
Semua manusia mempunyai mental, kemauan dan kemampuan untuk berkomunikasi sehingga dapat mengenal dan mengavaluasi siapa yang berkomunikasi dengan dia. Namun persepsi manusia terhadap manusia yang lain hanya jatuh pada seseorang atau kelompok orang tertentu.
Bagi banyak ahli, warna atribusi atau penampilan pribadi membarikan warna motivasi untuk apa kita berkomunikasi. Karena itu maka setiap perisiwa memiliki dua aspek penting, yakni:
(1) isi komuniasi; dan
(2) relasi komunikasi, yang dengan tampilan beratribusi rendah maka formula tersebut tampaknya tidak berlaku.
Kata Paul Watzlawick, Janet Beavin dan Jacson (1997) ada perbadaan antara isi dan relasi komunikasi. Isi Kumunikasi meliputi informasi yang terkandung dalam pesan, misalnya tentang apa yang diucapkan secara lisan atau tertulis di atas kertas. Sedangkan relasi komunikasi berkaitan dengan bagaimana pesan itu dialihkan, bagaimana pesan itu disimpulkan sehingga meningkatakan kualitas relasi hubungan antarpribadi.
Saran
Penulisan makalah yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya ini merupakan hasil dari proses pembelajaran salah satu mata kuliah pendidikan multibudaya. Dalam penyusunan makalah ini, kami mengakui bahwa masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
S, Samsinar dan Rusnali, Aisyah Nur. Komunikasi Antar Manusia. Bonel: 2017
Liliweri, Alo. 2011. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
http://blog.uad.ac.id/fitria1300001195/2015/01/12/komunikasi-antar-budaya/ 5:16 PM 9/2/2107
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Oleh
MUHAMMAD YUSUF
NIM.03182083
IRFAN JAYA
03182082
ANDI ASRIANDI
03182076
SELFIANA
03182065
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB I: PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
BAB II: PEMBAHASAN
Faktor Personal Yang Mempengaruhi Komunikasi Antar Budaya
Faktor Hubungan Antar Pribadi Yang Mempengaruhi Komunikasi Antar Budaya
BAB III: PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi satu sama lain, baik itu dengan sesama, adat istiadat, norma, pengetahuan ataupun budaya di sekitarnya. Pada kenyataanya seringkali kita tidak bisa menerima atau merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang terjadi akibat interaksi tersebut, seperti masalah perkembangan teknologi, kebiasan yang berbeda dari seorang teman yang berbeda asal daerah atau cara-cara yang menjadi kebiasaan (bahasa, tradisi atau norma) dari suatu daerah sementara kita berasal dari daerah lain.
Dalam hubungannya dengan proses budaya, komunikasi yang ditujukan kepada orang atau kelompok lain adalah sebuah pertukaran budaya. Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur kebudayaan, salah satunya adalah bahasa, sedangkan bahasa adalah alat komunikasi. Untuk mempelajari komunikasi sebagai proses budaya kita terlebih dahulu harus memahami apa yang dimaksud dengan istilah budaya atau kebudayaan dan apa yang dimaksud dengan istilah komunikasi, karena dengan memahami kedua istilah tersebut akan memudahkan bagi kita untuk membahas komunikasi sebagai proses budaya.
Rumusan Masalah
Apa saja factor personal yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya?
Apa saja factor hubungan yang mempengaruhi Komunikasi antarbudaya?
Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui Faktor Personal Yang Mempengaruhi Komunikasi Antar Budaya
Untuk Mengetahui Faktor hubungan Antar Pribadi yang mempengaruhi Komunikasi antar budaya
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor Personal
Psikologis
Konsep Diri dan Persepsi Diri
Faktor- faktor psikologis itu bisa muncul dari dalam diri (disposisi) atau ditampilkan sebagai respons terhadap stimulus yang datang dari luar diri. Perbedaan keberhasilan komunikasi itu ditentukan oleh faktor-faktor yang bersifat personal. Para ahli komunikasi mengemukakan sekurang-kurangnya dalam komunikasi antar-pribadi (dyad) ada enam pertanyaan di antara kedua orang itu, yakni:
(a) Bagaimana saya melihat diri saya?
(b) Bagaimana saya melihat anda?
(c) Bagaimana saya berpikir ketika anda melihat saya?
(d) Bagaimana anda melihat diri anda?
(e) Bagaimana anda melihat saya?
(f) Bagaimana anda berpikir ketika saya melihat anda?
Dimensi-dimensi dari Persepsi
Ada beberapa konsep yang selalu dkaitkan dengan dimensi-dimensi psikologis dari persepsi antara lain:
Attention atau perhatian merupakan kemampuan untuk berkonsentrasi, kemampuan ini merupakan salah satu variable psikologis yang penting yang mempengaruhi komunikasi. Jadi secara psikologis, atensi dapat menentukan manakah pesan yang menarik perhatian dan relevan, artinya pesan itu sebenarnya “familiar” dengan kita
Selective Processes. Selective processes yakni proses untuk memilih pesan dari luar. Ada beberapa bentuk proses selektif itu; yakni:
Selective Perpection. Persepsi selektif adalah istilah yang digunakan untuk enggambarkan sebuah fakta bahwa segala sesuatu tidak selalu diterima dengan cara yang sama oleh individu-indidivu yang berbeda-beda pada kesempatan yang berbeda-berbeda pula. Di sini yang terjadi adalah persepsi selektif, di mana individu hanya akan memilih sesuatu yang menarik untuk dipersepsi.
Selective Attention. Perhatian atau atensi selektif terjadi ketika berlangsungnya proses persepsi. Contoh, setiap individu memiliki struktur kognitif yang berbeda, akibatnya pola perhatian dia pada sebuah stimulus berbeda-beda pula.
Selective Exposure. Selective exposure merupakan kecenderungan setiap individu untuk menyatakan dirinya (menerima atau menolak) pesan yang kongruens dengan variable psikologis yang mendorongnya untuk mendekati atau menjauhi pesan itu.
2. Faktor Personal sebagai Identitas Diri
1. Identitas Merujuk Pada Asal Usul
Identitas sering memberikan tidak saja makna tentang pribadi seorang tetapi juga ciri khas sebuah kebudayaan yang melatarbelakanginya, dari ciri kgas itulah kita mungkin dapat mengungkapkan keberadaan orang itu.
Pengertian identitas pada tataran hubungan antarmanusia akan mengantar kita untuk memahami sesuatu yang lebih konseptual yakni tentang bagaimana meletakkan seorang ke dalam tempat orang lain (komunikasi yang empati), atau sekurang-kurangnya meletakkan atau membagi (to share) pikiran, perasaan, masalah, rasa simpatik (empati) dan lain-lain dalam sebuah proses komunikasi (antarbudaya).
Struktur budaya adalah pola-pola persepsi, berpikir dan perasaan, sedangkan struktur sosial adalah pola-pola perilaku sosial.Dengan demikian secara sosiologis, kalau posisi sosial seseorang berkaitan erat dengan peranya dalam struktur budaya maupun struktur sosial, maka yang muncul adalah identitas peran (McCall & Simmons). Dalam pandangan psikologi sosial, ketika posisi sosial telah terintegrasi, maka kita akan berbicara tentang identitas itu sendiri (Stryker, 1996). Penting untuk kita ketahui bahwa identitas itu ditentukan oleh struktur budaya dan struktur sosial.
Memahami Identitas Budaya Keseharian
Identitas budaya adalah rincian karakteristik atau ciri-ciri sebuah kebudayaan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang kita ketahui batas-batasnya (bonded) tatkala dibandingkan dengan karakteristik atau ciri-ciri kebudayaan orang lain.
Kenneth Burke mengatakan bahwa untuk menentukan identitas budaya sangat tergantung pada ‘bahasa’ (catatan: bahasa sebagai unsur kebudayaan non material), yaitu bagaimana representasi bahasa menjelaskan sebuah kenyataan atas semua identitas yang dirinci dan dibandingkan. Dalam perpektif komunikasi, identitas yang menekankan sifat dari interaksi self/group (baca: interaksi yang dilakukan seorang pribadi dan interaksi kelompok) merupakan suatu yang bersifat komunikatif. Identitas dibangun melalui interaksi sosial dan komunikasi. Identitas dihasilkan oleh negisasi melalui media, yakni media bahasa. Jadi identitas seseorang dapat ditentukan oleh tampilan diri – pribadi anda sendiri (avowel). Faktor penentu berikut tergantung dari bagaimana orang lain memberikan atribusi atas tampilan anda (atribusi askripsi).
Dengan demikian kita akan menemukan tiga bentuk identitas:
Identitas Budaya
Merupakan ciri yang ditunjukkan seseorang karena orang itu merupakan anggota dari sebuah kelompom etnik tertentu. Itu meliputi pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama, keturunan dari suatu kebudayaan. Contoh kita selalu mengidentifikasi orang Flores sebagai orang Katolik, orang Rote dan Sabu sebagai orang protestan, dan orang Lamahala di Adonara sebagai orang Islam. Kita juga mengidentifikasi sekelompok orang keturunan (meztiso) di Timor Timur sebaga sekelompok orang yang mempunyai kebudayaan tersendiri.
Identitas Sosial
Identitas sosial, terbentuk sebagai akibat dari keanggotaan dalam suatu kelompok kebudayaan. Tipe kelompok itu antara lain umur, gender, kerja, agama, kelas soial, tempat dan seterusnya. Identitas sosial meruakan identitas yang diperoleh melalui proses pencarian dan pendidikan dalam jangka waktu yang lama.
Identitas Pribadi
Identitas personal didasarkan pada keunikan karakteristik pribadi seseorang. Perilaku budaya, suara gerak-gerik anggota tubuh, nada suara, cara berpidato, warna pakaian, guntingan rambut, menunjukkan ciri khas seseorang pribadi tertentu yang rata-rata tidak dimiliki oleh orang lain.
Paling penting dalam faktor-faktor personal adalah bagaimana persepsi kita diletakkan dalam struktur kebudayaan kita, hal ini karena setiap kebudayaan mengajarkan nilai-nilai dan harga diri bagi para anggotanya. Kebudayaan – dalam hal ini – bertindak sebagai identitas sosial yang mempengaruhi konsep diri, dan untuk mempertahankan konsep diri sebagai identitas sosial maka kita akan sering bersikap tertentu terhadap kelompok lain; dan bentuk-bentuknya adalah prasangka, rasisme dan etnisitas.
Faktor Hubungan Antar Pribadi yang Mempengaruhi Komunikasi Antar Budaya
Sifat antar Budaya yang Berpengaruh terhadap Inteaksi
Semua manusia mempunyai mental, kemauan dan kemampuan untuk berkomunikasi sehingga dapat mengenal dan mengavaluasi siapa yang berkomunikasi dengan dia. Namun persepsi manusia terhadap manusia yang lain hanya jatuh pada seseorang atau kelompok orang tertentu.
Bagi banyak ahli, warna atribusi atau penampilan pribadi membarikan warna motivasi untuk apa kita berkomunikasi. Karena itu maka setiap perisiwa memiliki dua aspek penting, yakni:
(1) isi komunikasi; dan
(2) relasi komunikasi, yang dengan tampilan beratribusi rendah maka formula tersebut tampaknya tidak berlaku.
Kata Paul Watzlawick, Janet Beavin dan Jacson (1997) ada perbadaan antara isi dan relasi komunikasi. Isi Kumunikasi meliputi informasi yang terkandung dalam pesan, misalnya tentang apa yang diucapkan secara lisan atau tertulis di atas kertas. Sedangkan relasi komunikasi berkaitan dengan bagaimana pesan itu dialihkan, bagaimana pesan itu disimpulkan sehingga meningkatakan kualitas relasi hubungan antarpribadi.
1). Masalah Kredibilitas
Berbagai penelitian yang berkaitan dengan kredibilitas komunikator selalu membahas ulang dua tema pokok yakni:
(1) kredibilitas komunikator; dan
(2) derajat kesamaan komuniktor.
Para ahli berpendapat, ada pula tiga faktor yang mempengaruhi pengiriman dari seseorang komuniktor agar diterima oleh seseorang komunikan yaitu;
(a) Kredibilitas;
(b) Objektivitas;
(c) Keahlian.
Ketiga aspek dari pengiriman ini berkaitan dengan erat dengan dampaknya terhadap penerima. Penerima akan percaya kepada pesan atau merspon pesan yang diinginkan, kalau pengirimnya itu kredibel, objektif, dan ahli dalam satu bidang tetentu.
Kepentingan unsur-unsur tersebut sangat tergantung atas faktor-faktor manakah dari kebudayaan kita itu diapresiasikan. Sebagai contoh, nilai sebuah kebudayaan sangat kt yakni bagaiman kita mengukur keberadaan orang itu, bagaimana orang itu bertindak dengan jujur dan benar, atau nilai tentang persahabtan. Karena dalam situasi tertentu mungkin satu unsur tersebut sangat dominan dari pada unsur yang lain.
Kredibilas tidak hanya meliputi faktor kepercayaan kita pada seorang pembicara, tetapi juga meliputi sifat-sifat asli kredibilitas itu sendiri. Berdasarkan peertimbangan itu maka komunikasi antar budaya selalu meliputi hubungan tatap muka antara dua oarang atau lebih yang mempunyai latar belakang bidaya yng berbeda yang mana pengaruh budaya sangatlah dominan.Berbagai penelitaian yang berkaitan dengan kredibilitas komunikator menunjukkan bahwa kredibilitas itu antara lain ditentukan oleh beberapa faktor:
(a) Kewenangan dan kompetensi;
(b) Karekter;
(c) Koorientasi;
(d) Karisma; dan
(e) Dinamisme.
Derajat Kesamaan Komunikator dengan Komunikan
Homofili mengacu pada kesamaan antara individu yang berinteraksi. Kesamaan itu merefleksikan kesamaan area atau wilayah sikap atau nilai, tampilan status sosial, kepribadian dan keragaman aspek demoografis.Sedangkan herofili adalah kebalikan dari homofili, mengacu pada derajat penampilan ketidaksamaan antara dua orang yang berkomunikasi. Komunikasi antarbudaya yang dilandasi oleh heterofili akan berbeda dengan mereka yang hemofili.
Kemampuan Menyampaikan Pesan Verbal Antarbudaya
Dalam berkomunikasi antarbudaya maka ada beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan. Menurut Ohowutun (1997: 99-107) anda harus memperhatikan:
Kapan orang berbicara. Dalam berkomunikasi antarbudaya perlu diperhatikan bahwa ada kebiasaan (habits) budaya yang mengajarkan kepatutan kapan seseorang harus atau boleh berbicara.
Apa yang dikatakan. Laporan studi Eabes (1982) mengungkapkan bahwa orang-orang Aborigin Australia tidak pernah mengajukan pertanyaan ‘mengapa’ , Suzanu Scolon (1982) mendapti orang indian Athabaska jarang bertanya. Terdapat bahwa pertanyaan dianggap terlau keras, karena menuntut jawaban.
Kecepatan danjeda berbicara. Yang dimaksud dengan kecepatan dan jeda berbicara di’sini adalah pengaturan kendali berbicara menyangkut tingkat kecepatan dan ‘istirahat sejenak’ dalam berkomunikasi antara dua pihak.
Hal memperhatikan. Konsep ini berkaitana erat dengan gaze atau pandangan mata yang di perkenankan waktu berbicara bersama-sama. Orang-orang kulit hitam biasanya beerbicara sambil menatap mata dan wajah orag lain, hal sama terjadi bagi orang batak dan timor.
Masalah intonasi cukup berpengaruh dalam berbagai bahsasa yang berbeda budaya. Orang kadang di Lembata/Flores memakai kata bua bearti melahirkan namun kata yang sama kalau ditekan pada huruf akhir ‘a’ – bua’ (buaq), bearti berlayar.
Gaya kaku atau puitis. Ohoiwutun (1997: 105) menulis bahwa jika anda membandingkan bahsa Indonesia yang digunakan pada awal berdirinya negara ini dengan gaya yang dipakai dewasa ini, dekade 90-an maka anda akan dapati bahwa bahasa Indonesia tahun 1950-an lebih kaku.
Bahasa tidak langsung. Setiap bahsasa mengajarkan kepada para penuturnya mekanisme untiuk menyatakan sesuatu secara langsung atau tidak langsung.
Kemampuan Menyampapikan Pesan Non Verbal Antarpribadi
Ketika berhubungan antarpribadi maka ada dua faktor dari peasan non verbal yang mempengaruhi komunikasi antar budaya. Ada beberapa bentuk perilaku non verbal yakni:
Kinesik adalah studi yang berkaitan dengan bahsa tubuh, yang terdiri dari posi tubuh, orientasi tubuh, tampilan wajah, gambaran tubuh, dll.
Okulesik adalah studi tentang gerkan mata dan posisi mata.
Haptik adalah studi tentang perabaan atau memperkenankan sejauh mana seseorang memegang dan merangkul orang lain.
Proksemik adalah studi tentang hubungan antar ruang, antar jarak, dan waktu berkomunikasi, sebagaimana dikategorikan oleh Hall pada tahun 1973, kecenderungan manusia menunjukkan bahwa waktu berkomunikasi itu harus ada jarak antarpribadi, terlalu dekat atau terlalu jauh.
Kronemik adalah studi tentang konsep waktu, sama seperti pesan non verbal yang lain maka konsep tentang waktu yang menganggap kalau suatu kebudayaan taat pada waktu maka kebudayaan itu tinggi atau peradaban maju.
Tampilan, appearance yaitu cara bagaiman seseorang menapilkan diri telah cukup menunjukkan berkolerasi sangat tinggi dengan evaluasi tentang pribadi.
Posture adalah tampilan tubuh waktu sedang berdiri dan duduk.
Pesan-pesan paralinguistik antarpribadi adalah pesan komunikasi yang merupakan gabungan antara perilaku verbal dan non verbal.
Simbolisme dan komunikasi non verbal yang pasif yakni beberapa di antaranya adalah simbolisme warna dan nomor.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya diantaranya adalah factor psikologis dan hubungan antarpribadi. Dua factor ini berperan dalam pembentukan atau kebeerlangsungan komunikasi antarbudaya.
Faktor- faktor psikologis itu bisa muncul dari dalam diri (disposisi) atau ditampilkan sebagai respons terhadap stimulus yang datang dari luar diri.
Faktor Personal sebagai Identitas Diri
Identitas Merujuk Pada Asal Usul
Memahami Identitas Budaya Keseharian
Faktor Hubungan Antar Pribadi yang Mempengaruhi Komunikasi Antar Budaya
Sifat antar Budaya yang Berpengaruh terhadap Inteaksi.
Semua manusia mempunyai mental, kemauan dan kemampuan untuk berkomunikasi sehingga dapat mengenal dan mengavaluasi siapa yang berkomunikasi dengan dia. Namun persepsi manusia terhadap manusia yang lain hanya jatuh pada seseorang atau kelompok orang tertentu.
Bagi banyak ahli, warna atribusi atau penampilan pribadi membarikan warna motivasi untuk apa kita berkomunikasi. Karena itu maka setiap perisiwa memiliki dua aspek penting, yakni:
(1) isi komuniasi; dan
(2) relasi komunikasi, yang dengan tampilan beratribusi rendah maka formula tersebut tampaknya tidak berlaku.
Kata Paul Watzlawick, Janet Beavin dan Jacson (1997) ada perbadaan antara isi dan relasi komunikasi. Isi Kumunikasi meliputi informasi yang terkandung dalam pesan, misalnya tentang apa yang diucapkan secara lisan atau tertulis di atas kertas. Sedangkan relasi komunikasi berkaitan dengan bagaimana pesan itu dialihkan, bagaimana pesan itu disimpulkan sehingga meningkatakan kualitas relasi hubungan antarpribadi.
Saran
Penulisan makalah yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya ini merupakan hasil dari proses pembelajaran salah satu mata kuliah pendidikan multibudaya. Dalam penyusunan makalah ini, kami mengakui bahwa masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
S, Samsinar dan Rusnali, Aisyah Nur. Komunikasi Antar Manusia. Bonel: 2017
Liliweri, Alo. 2011. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
http://blog.uad.ac.id/fitria1300001195/2015/01/12/komunikasi-antar-budaya/ 5:16 PM 9/2/2107
Komentar
Posting Komentar